Rabu, 29 Februari 2012

Dunia Kuliah Akhwat


Patut disyukuri bahwa kini makin banyak wanita khususnya muslimah yang dapat memasuki perguruan tinggi. Pada zaman dulu prosentase perempuan yang masuk perguruan tinggi sangatlah rendah. Akibatnya, perempuan yang bekerja di berbagai sektor umumnya menempati posisi yang rendah dengan upah yang juga rendah. Demikian pula kebanyakan wanita yang menjadi ibu rumah tangga yang mendidik anak-anak pun tidak memiliki dasar pendidikan yang cukup tinggi.

Perjalanan anak perempuan memasuki dunia perkuliahan tidak semudah anak laki-laki. Hal ini diakibatkan oleh beberapa kendala baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Kendala dari luar biasanya terkait dengan masih adanya pemikiran para orang tua bahwa setinggi apapun anak perempuan akan menjadi ibu rumah tangga dan kembali ke dapur juga. Oleh karena itu dalam keadaan ekonomi yang terbatas, anak laki-laki akan lebih diprioritaskan untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Persepsi bahwa sekolah tinggi adalah bertujuan untuk memperoleh penghasilan tinggi masih mendominasi pemikiran sebagian besar masyarakat.

Kendala dari dalam diri wanita biasanya berkaitan dengan masalah rendah diri akan kemampuannya dan apa yang disebut oleh para psikolog sebagai "Cinderella kompleks" yaitu rasa ketakutan wanita untuk menjadi sukses dan mandiri. Masih ada asumsi pada diri wanita bahwa umumnya para laki-laki kurang menyukai pasangan hidup yang terlalu pintar dan sukses.

Hasil survei menunjukkan pula bahwa dengan makin tingginya tingkat pendidikan kaum perempuan selain meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga, juga telah menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Oleh karena itu, saat ini, menyekolahkan anak perempuan ke perguruan tinggi menjadi sama pentingnya dengan anak laki-laki.

Akan tetapi perlu dicatat bahwa dengan masuknya anak gadis ke perguruan tinggi, bukan berarti secara otomatis sang anak dijamin sukses masa depannya. Dunia perkuliahan mengundang resiko-resiko yang tidak sederhana, bahkan mungkin malah berdampak fatal. Hal ini tergantung beberapa hal, diantaranya:

1. Manjaga Pergaulan

Dunia kampus selain menawarkan peluang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman, juga memberikan kesempatan memperluas pergaulan. Perlu dicatat bahwa pergaulan sangat menentukan kepribadian dan kebiasaan seseorang. Sulit menghindar dari pengaruh pergaulan. Oleh karena itu harus selektif dalam memilih teman dekat dan teman bergaul.

Pada masa remaja menuju usia dewasa dini, seringkali pengaruh teman dan sahabat jauh lebih besar dibanding pengaruh orang tua maupun saudara kandung. Tak jarang seorang yang yang tadinya pemahaman dan pengamalan agamanya minim, setelah berinteraksi dengan temannya di kampus, berubah menjadi seorang aktivis rohani yang militan. Atau bahkan bisa sebaliknya. Seorang yang dididik agamanya secara ketat, berubah menjadi terseret gaya hidup serba boleh (permisif) dan terbawa pergaulan bebas. Hal ini bukan merupakan sesuatu yang mustahil bahkan sudah banyak terbukti.

Mahasisiwi yang tinggal jauh dari rumah orang tua, harus berhati-hati dalam memilih tempat kos. Sebaiknya dipilih tempat kos khusus putri dan tidak bercampur dengan laki-laki, karena inilah salah satu sumber adanya pergaulan bebas. Bahkan kalau perlu memilih tempat kos yang menjaga hijab dengan baik, dan memberlakukan aturan-aturan yang ketat.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa lebih dari 50% mahasiswa pernah melakukan hubungan bebas. Bahkan menurut survei 1992 saja, 47% siswa SLTA di Jawa Timur pun pernah berzina (Dr. Fuad Amyari, Mizan 1993). Astaghfirullah! Banyak kejadian, seseorang yang tadinya alim terjerumus pada perzinahan. Mungkin awalnya hanya mengerjakan tugas atau belajar bersama di kamar kos. Kebiasaan keluar masuk kamar kos yang bukan muhrimnya sangat berpeluang mengundang fitnah perzinahan. Dengan alasan apapun, tidak dibenarkan seseorang membawa teman non muhrim ke dalam kamar kosnya.

2. Memilih Kegiatan

Masa kuliah adalah masa yang paling tepat untuk aktif dalam berbagai kegiatan. Kegiatan organisasi sangat baik untuk memupuk sifat kepemimpinan dan belajar bergaul. Selain itu wawasan juga akan bertambah. Orang yang hanya mengunci diri di kamar dengan melalap tumpukan buku belum tentu menjadi orang yang sukses ketika terjun di masyarakat kelak.

Hasil penelitian psikologi membuktikan bahwa orang yang biasa berorganisasi dan terlatih untuk menjadi pemimpin umumnya memiliki konsep diri dan cita-cita yang realistik; tidak mudah frustasi; memiliki kemampuan menyatakan perbedaan pendapat dengan bijaksana; memiliki kemampuan menerima keberhasilan atau kegagalan secara simpatik; memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain; dan memiliki kemampuan bekerja secara berkelompok dan bersosialisasi.

Kegiatan yang dipilih bisa beragam baik kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan keorganisasian di kampus berupa kegiatan senat, himpunan, rohani, kegiatan sosial kemasyarakatan, atau bisa juga memilih kegiatan kewirausahaan.

Beberapa mahasiswa yang kurang mampu biasanya terpaksa harus menambah biaya hidup sendiri. Beberapa kegiatan bisa dipilih seperti memberi les privat pelajaran maupun mengaji, menerjemahkan, membuat kerajinan tangan, atau membuat makanan ringan. Hal ini merupakan kegiatan positif. Banyak terbukti pengusaha yang sukses yang dimulai dari kegiatan usaha kecil-kecilan di dalam kampus.

3. Mengelola Waktu

Orang yang sukses adalah orang yang mampu mengatur waktu. Semakin sibuk seseorang ia akan terlatih untuk mengatur waktu. Sebaliknya, semakin santai seseorang biasanya justru semakin tak mampu mengelola waktu.

Pada masa-masa perkuliahan mahasiswa biasanya selalu merasa kekurangan waktu. Meski banyak kegiatan itu baik, harus cukup waktu juga untuk beristirahat. Jangan dibiasakan belajar atau mengerjakan tugas dengan sistem SKS alias sistem kebut semalam. Sebaiknya belajar dicicil karena akan lebih memudahkan dibanding dengan belajar ditumpuk. Demikian pula dalam menyelesaikan tugas, lebih baik menyegerakan mengerjakan pekerjaan atau tugas yang sudah pasti harus dikerjakan

Biasakan membuat program jangka panjang dan jangka pendek. Buat skedul waktu baik tahunan, bulanan, mingguan maupun harian. Duapuluh empat jam adalah waktu yang sudah sangat tepat yang diberikan oleh Allah selama satu hari, tinggal kita mengaturnya, berapa lama untuk belajar, beribadah, makan, ngobrol dan istirahat.

Masa kuliah antara tiga sampai lima tahun akan terasa sangat singkat oleh karena itu manfaatkan sebaik mungkin untuk sebanyak-banyaknya menggali ilmu, menambah wawasan dan pengalaman.

4. Mengatur Keuangan

Membuat anggaran keuangan adalah hal yang penting. Seorang mahasiswa biasanya mendapat kiriman secara bulanan. Oleh karena itu perlu pengaturan keuangan yang baik agar bisa mencukupi untuk kebutuhan selama satu bulan, bahkan kalau bisa menyisihkan dana tak terduga, jika kiriman telat atau hal-hal lainnya. Anggarkan berapa kebutuhan makan, trasportasi, buku, dan biaya lainnya.

Jangan membiasakan berhutang pada teman atau warung, kecuali dalam kondisi yang sangat mendesak. Kebiasaan meminjam ini kurang baik, karena akan terbawa terus hingga berumah tangga.

5. Menjaga Konsumsi Makanan

Penyakit yang kerap diderita anak kos adalah maag. Hal ini biasanya karena kebiasaan makan yang kurang baik. Jauh dari orang tua malas memasak atau malas ke warung biasanya menjadi penyebab utama. Akhirnya lagi-lagi mengkonsumsi mie instant, atau jajan makanan yang tidak memenuhi syarat empat sehat lima sempurna. Hal yang penting juga memilih makanan yang dijamin kehalalannya. Banyak yang berjualan bakso, atau makanan yang tidak jelas kehalalannya.

Mengatasi Stress dan Mengelola Konflik

Tugas yang bertumpuk, ujian yang mata kuliah yang tidak disenangi, menghadapi dosen killer, konflik dengan teman, dan seribu satu permasalahan lainnya merupakan penyebab stress para mahasiswa. Banyaknya kesenjangan antara harapan dan kenyataan seringkali membuat putus asa dan frustrasi. Dalam kondisi semacam ini kuliah bukannya lancar malah akan berantakan. Kondisi fisik pun akan rentan, karena beberapa penyakit mudah terpicu oleh stress seperti terserang migrain, maag, thypus dan lain-lain.

Diperlukan latihan kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi semua hambatan dan tantangan. Yakinlah bahwa dibalik semua kesulitan ada kemudahan dan Allah tidak akan membebani sesuatu yang di luar jangkauan kemampuan kita. Yakini pula bahwa Allah akan memudahkan siapa saja yang berusaha dengan bersungguh sungguh. Oleh karena itu sertai segala sesuatu dengan do'a dan usaha yang maksimal. Mengerjakan segala sesuatu dengan hati gembira dan penuh keikhlasan akan menyederhanakan persoalan dan akan sangat membantu.• (Ida SW)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar